Pages

Saturday, 1 April 2006

Inspirational Poem of the Day


If you own a Bible, you are abundantly blessed-about 1/3 of the world doesn’t have access to one.
If you freely attend a church meeting without fear, then you are more blessed than over 1/3 of the world.
If you have a brother and sister in Christ that will pray with you and for you, then you benefit from a spiritual unity, bond, and agreement, which the gates of hell can’t stand against.
If you attend a church with a church family that offers you one word of encouragement, you are blessed with some form of fellowship.
If you try each day to intimate our Lord Jesus Christ for even a minute, you are blessed because you show a willingness to grow up in Him.
If you have a voice to sing His praises, a voice to witness God’s love, and a voice to share the gospel, you are blessed. About 1/3 of the world doesn’t even know who the one God is.
If you have conviction to stand fast upon His word and He promises, no matter what, you are blessed because you are learning patience, endure
If you wake up each morning with more health than illness, you are blessed to rise and shine, to live and to serve in a new day.
If you have anyone on the world, just one person that loves you and listen to you; count this a blessing.
If you pray for someone else, you are blessed because you want to help others also.
If you have any earthly family that even halfway loves and support you, you are blessed beyond measure.
If you hold someone’s hand, hug another person, touch someone on the shoulder, you are blessed because you can offer God’s healing touch.
If you can share a word of encouragement with someone else, and do it with God’s love in your heart, you are blessed you have learned how to give.
If you can go to bed tonight, knowing that God loves you, you are blessed beyond measure.
If you can read this message, you are more blessed than about 2/3 of the world.
In your life, don’t asked God to take away your pain,
Because it’s not for Him to take away, but for you to give it up.
Don’t asked God to grant you patience,
Because patience is a by-product of tribulations, it’s not granted, but earned.
Don’t asked God to give you happiness,
Because He’ll give you blessings, and happiness is up to you.
Don’t asked God to spare you pain,
Because suffering draws you apart from worldly care and bring you closer to Him.
Don’t asked God to make your spirit grow,
Because you must grow on your own, but He’ll prune you to make you faithful.
Don’t asked God for all things that you might enjoy life,
Because He’ll give you life so that you may enjoy all things.
But, asked God to help you LOVE others as much as He loves you!

[[HAPPY SABBATH ALL!]]

Wednesday, 22 March 2006

Differences Between Like and Love

Differences Between Like and Love

In front of the person you love, your heart beats faster
But in front of the person you like , you get happy.

In front of the person you love, winter seems like spring
But in front of the person you like, winter is just a beautiful winter.

If you look into the eyes of the one you love, you blush
But if you look into the eyes of the one you like, you smile.

In front of the person you love, you can’ t say everything on your mind
But in front of the person you like, you can.

In front of the person you love, you tend to get shy
But in front of the person you like, you can show your ownself.

Then person you love comes into your mind every 2 minutes.
You can’t look straight into the eyes of the one you love
But you can always smile into the eyes of the one you like.

When the one you love is crying, you cry with them
But when the one you like is crying, you end up comforting.

The feeling of love starts from the eye
And the feeling of like starts from the ear.

So if you stop liking a person you used to like
All you need to do is cover your ears,
But if you try to close your eyes
Love turns into a drop of tear and remains in your heart forever after.

Author Unknown

Friday, 3 March 2006

Look Before You Rip Your "GAS"

One day I met a sweet gentleman and fell in love. When it became apparent that we would marry, I made the supreme sacrifice and gave up beans.

Some months later, on my birthday, my car broke down on the way home from work. Since I lived in the countryside I called my husband and told him that I would be late because I had to walk home. On my way, I passed by a small diner and the odor of baked beans was more than I could stand. With miles to walk, I figured that I would walk off any ill effects by the time I reached home, so I stopped at the diner and before I knew it, I had consumed three large orders of baked beans.

All the way home, I made sure that I released all the gas.

Upon my arrival, my husband seemed excited to see me and exclaimed delightedly: ‘Darling I have a surprise for dinner tonight.’

He then blindfolded me and led me to my chair at the dinner table. I took a seat and just as he was about to remove my blindfold, the telephone rang. He made me promise not to touch the blindfold until he returned and went to answer the call.

The baked beans I had consumed were still affecting me and the pressure was becoming most unbearable, so while my husband was out of the room I seized the opportunity, shifted my weight to one leg and let one go. It was not only loud, but it smelled like a fertilizer truck running over a skunk in front of a pulpwood mill. I took my napkin from my lap and fanned the air around me vigorously.

Then, shifting to the other cheek, I ripped off three more. The stink was worse than cooked cabbage.

Keeping my ears carefully tuned to the conversation in the other room, I went on like this for another few minutes.

The pleasure was indescribable. When eventually the telephone farewells signaled the end of my freedom, I quickly fanned the air a few more times with my napkin, placed it on my lap and folded my hands back on it feeling very relieved and pleased with myself.

My face must have been the picture of innocence when my husband returned, apologizing for taking so long. He asked me if I had peeked through the blindfold, and I assured him I had not.

At this point, he removed the blindfold, and twelve dinner guests seated around the table chorused: ‘Happy Birthday!’

I fainted!!!!!!!!!!!!!!

Wednesday, 15 February 2006

Makna Cinta

This is a story which I read over the Internet… Jan tanya sia di mana sebab sia inda sempat sudah mo ingat link dia because I saved this in my HD.
Suami saya adalah seorang yang sederhana, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?”, tanya suami saya dengan terkejut.
“Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,” jawab saya.
Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya suami saya bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?”
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,”Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya: “Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?”
Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.” Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan……
“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya.
“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baik kamu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal. Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami. Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu. Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu. Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir. Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu.”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.
“Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu. Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia.”
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.

Monday, 13 February 2006

Unknown Inspirational *Thingy* For Monday

A girl asked a guy if he thought she was pretty, he said… NO.
She asked him if he would want to be with her forever and he said… NO.
She then asked him if she were to leave would he cry, and once again he replied with a NO.
She had heard enough.
As she walked away, tears streaming down her face the boy grabbed her arm and said….

You’re not pretty but you’re beautiful.
I don’t want to be with you forever. I NEED to be with you forever.
And I wouldn’t cry if you walked away… I’d DIE…